Upacara Pemberian Nama Anak di Jambi
Bagi orang
Jambi upacara Marhaban merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Karena
itu dapat dipastikan warga setempat akan menggelar upacara pemberian nama
anak ini saat bayi mereka berumur 40 hari.
Marhaban hampir sama dengan upacara Selapanan dalam adat Jawa. Ini seperti terlihat dalam upacara Marhaban yang dilakukan keluarga Ade Hidayat bersama sejumlah tetangga, belum lama berselang. Mereka memakai perlengkapan upacara seperti bendera, air bunga, dan buah kelapa.
Ketiganya benda itu memiliki makna simbolis sekaligus harapan orangtua pada sang bayi. Bendera bermakna agar si anak kelak cinta pada Tanah Air dan bunga agar nantinya memiliki nama yang harum. Sementara buah kelapa menyimbolkan jika dewasa anak tersebut akan menjadi orang yang berguna.
Meski tempat upacara diramaikan para undangan, sang bayi masih terlelap tidur. Bahkan, dia tak terganggu sama sekali ketika sejumlah orang mendadaninya dan mengenakan pakaian adat Jambi. Saat acara berlangsung, para tetua kampung setempat tampak khusyuk membacakan Salawat Nabi dan ayat-ayat Alquran. Sementara itu, hiburan khas Jambi yang dikenal Tarian Janzi sesekali dilakukan untuk menambah semarak upacara. Tari Janzi adalah tarian yang diringi dengan lagu-lagu Islami.
Usai pembacaan salawat, sang bayi diperkenalkan kepada segenap tetua kampung yang hadir. Dia kemudian dibawa keliling menemui para tetua satu demi satu dengan digendong ayahnya. Ini merupakan puncak upacara yaitu pemberian nama bagi anggota keluarga termuda di rumah Ade. Sang bayi diberi nama Muhammad Satria Asyura yang diumumkan kakeknya.
Setelah diberi nama, acara kemudian dilanjutkan dengan pemotongan rambut yang dilakukan oleh kakek dan nenek Satria Asyura serta beberapa wakil sesepuh kampung. Selanjutnya upacara ini ditutup dengan pembacaan doa untuk Satria agar senantiasa memperoleh perlindungan dan keselamatan dari Tuhan hingga ia tumbuh dewasa.
Marhaban hampir sama dengan upacara Selapanan dalam adat Jawa. Ini seperti terlihat dalam upacara Marhaban yang dilakukan keluarga Ade Hidayat bersama sejumlah tetangga, belum lama berselang. Mereka memakai perlengkapan upacara seperti bendera, air bunga, dan buah kelapa.
Ketiganya benda itu memiliki makna simbolis sekaligus harapan orangtua pada sang bayi. Bendera bermakna agar si anak kelak cinta pada Tanah Air dan bunga agar nantinya memiliki nama yang harum. Sementara buah kelapa menyimbolkan jika dewasa anak tersebut akan menjadi orang yang berguna.
Meski tempat upacara diramaikan para undangan, sang bayi masih terlelap tidur. Bahkan, dia tak terganggu sama sekali ketika sejumlah orang mendadaninya dan mengenakan pakaian adat Jambi. Saat acara berlangsung, para tetua kampung setempat tampak khusyuk membacakan Salawat Nabi dan ayat-ayat Alquran. Sementara itu, hiburan khas Jambi yang dikenal Tarian Janzi sesekali dilakukan untuk menambah semarak upacara. Tari Janzi adalah tarian yang diringi dengan lagu-lagu Islami.
Usai pembacaan salawat, sang bayi diperkenalkan kepada segenap tetua kampung yang hadir. Dia kemudian dibawa keliling menemui para tetua satu demi satu dengan digendong ayahnya. Ini merupakan puncak upacara yaitu pemberian nama bagi anggota keluarga termuda di rumah Ade. Sang bayi diberi nama Muhammad Satria Asyura yang diumumkan kakeknya.
Setelah diberi nama, acara kemudian dilanjutkan dengan pemotongan rambut yang dilakukan oleh kakek dan nenek Satria Asyura serta beberapa wakil sesepuh kampung. Selanjutnya upacara ini ditutup dengan pembacaan doa untuk Satria agar senantiasa memperoleh perlindungan dan keselamatan dari Tuhan hingga ia tumbuh dewasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar